Perguruan Tinggi PERSIS: Estafet Perjuangan, Konsolidasi Mutu, dan Transformasi Menuju Universitas Islam

Perguruan Tinggi PERSIS: Estafet perjuangan, konsolidasi Mutu dan tranformasi menuju universitas Islam PERSIS
Foto ABR: Desain Universitas Islam PERSIS Bandung

 

Oleh A. Badru Rifa’i*

Dalam sejarah gerakan Islam di Indonesia, Persatuan Islam (Persis) dikenal sebagai jam’iyyah yang tidak hanya berdakwah di atas mimbar, tetapi juga di ruang intelektual. Gagasan mendirikan perguruan tinggi Islam di lingkungan Persis bukanlah langkah pragmatis, melainkan manifestasi dari kesadaran ideologis, bahwa jihad intelektual adalah kelanjutan dari jihad dakwah.

Perguruan tinggi menjadi wadah sistematis untuk menjaga, mengembangkan, dan mewariskan nilai-nilai tajdid, pembaruan dan purifikasi Islam melalui pendidikan tinggi yang berkarakter Qur’ani dan Sunnah.

 

Perjalanan lembaga pendidikan tinggi Islam ini merupakan bagian dari estafet perjuangan panjang para pendiri Persatuan Islam (Persis) yang telah menanamkan semangat dakwah dan pendidikan sebagai jalan membangun peradaban Islam.

Persis sejak awal berdiri memikul misi besar yaitu menegakkan syariat Islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan. Maka, pendirian lembaga pendidikan, termasuk perguruan tinggi, adalah bagian dari strategi peradaban.

 

Di tengah arus ilmu pengetahuan sekuler dan dominasi pandangan dunia yang kerap menjauh dari nilai-nilai wahyu, kehadiran perguruan tinggi Islam Persis merupakan bentuk perlawanan ideologis yang konstruktif. Ia hadir sebagai institusionalisasi pemikiran Persis di ranah akademik sebagai laboratorium dakwah ilmiah di mana iman dan ilmu bertemu.

 

Dalam konteks ini, Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) Persis memiliki dua peran besar. Pertama, sebagai pelanjut jihad jam’iyyah yakni meneguhkan warisan perjuangan Persis di bidang pemikiran dan pendidikan. Kedua, sebagai pendukung jihad jam’iyyah yakni menjadi ruang kaderisasi ideologis, tempat tumbuhnya intelektual Muslim yang konsisten dengan nilai-nilai al-Qur’an dan as-Sunnah.

Kampus bukan hanya tempat belajar, tetapi juga madrasah ruhiyah dan ma’had dakwah bagi generasi penerus yang akan melanjutkan perjuangan jam’iyyah di masa depan.

 

Kini, semangat itu terus dihidupkan melalui langkah nyata peningkatan mutu akademik dan persiapan akreditasi seluruh program studi sebagai wujud tanggung jawab intelektual dan moral terhadap amanah dakwah pendidikan.

Persiapan akreditasi bukan sekadar kewajiban administratif, melainkan manifestasi jihad intelektual untuk menjaga kualitas tridharma yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Setiap program studi diarahkan untuk menampilkan keunggulan akademik yang berpadu dengan nilai-nilai tauhid dan semangat amar ma’ruf nahi munkar.

Baca Juga:  Muhammad Hoerudin Amin: Urgensi Amandemen UUD 45 untuk Hak Atas Pendidikan yang Berkeadilan

 

Memasuki tahun 2026, seluruh Program Studi di lingkungan kampus tengah bersiap menghadapi proses akreditasi melalui berbagai Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM) dan BAN-PT. Program studi yang akan menjalani akreditasi mencakup:

 

A. Program Studi yang Akan Diakreditasi

  1. Program Magister (S2) Pendidikan Agama Islam (PAI)
  2. S1 Ekonomi Syariah (Esyar)
  3. S1 Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT)
  4. S1 Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)
  5. S1 Pendidikan Agama Islam (PAI)
  6. S1 Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD)
  7. S1 Ilmu Hadis (Ilha)

 

B. Program Studi Baru yang Dipersiapkan

Selain itu, kampus juga tengah mengajukan pembukaan program studi baru, yaitu:

  1. S1 Bimbingan dan Konseling Islam (BKI)
  2. S1 Akuntansi Syariah
  3. S1 Pendidikan Bahasa Arab (PBA)

 

Keseluruhan proses ini akan dilengkapi dengan Akreditasi Institusi (APT) sebagai puncak evaluasi mutu kelembagaan yang menilai kinerja kampus secara komprehensif, mulai dari tata kelola, sumber daya manusia, hingga capaian tridharma perguruan tinggi.

 

Dalam proses ini, Lembaga Penjaminan Mutu Internal (LPMI) menjadi motor penggerak utama yang memastikan seluruh elemen kampus bergerak serempak. Tim gugus kendali mutu di fakultas dan prodi, bersama dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa, dan alumni, terus membangun budaya mutu yang konsisten dan berkelanjutan. Kolaborasi dan kerja kolektif menjadi kunci keberhasilan menuju capaian akreditasi unggul.

 

Pertanyaan strategis kini mengemuka, ke mana arah perguruan tinggi Persis akan dikembangkan? Apakah tetap berorientasi pada Islamic Studies di bawah Kementerian Agama, atau bergeser menjadi perguruan tinggi umum (PTU) di bawah kementerian lain?

Gagasan reflektif menegaskan bahwa arah paling konsisten dengan identitas jam’iyyah adalah memperkuat eksistensi Institut Agama Islam Persis (IAI Persis) sebagai Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI). Secara ideologis, IAI Persis adalah perwujudan nyata dari semangat gerakan islah yaitu pembaharuan dan purifikasi yang menjadi napas Persis sejak awal. Secara kelembagaan, IAI Persis juga memiliki posisi yang kuat di bawah supervisi Kementerian Agama.

 

Peningkatan mutu yang berkesinambungan ini sekaligus menjadi landasan strategis bagi cita-cita besar tahun 2027, yakni transformasi kelembagaan menjadi Universitas Islam (UI) Persis Bandung.

Baca Juga:  Ironi Kebijakan Ekonomi Indonesia di Tengah Ketidakpuasan Publik

Transformasi ini bukan hanya perubahan status administratif, melainkan momentum sejarah menuju kematangan lembaga yang mandiri, inovatif, dan berdaya saing.

 

Lebih jauh, transformasi ini memungkinkan sinergi baru antara dua lembaga, yaitu IAI Persis sebagai pusat kajian keislaman yang fokus pada ilmu-ilmu agama dan dakwah, serta universitas di bawah L2Dikti sebagai pusat kajian umum yang mengembangkan ilmu-ilmu sosial, sains, dan teknologi.

Keduanya bisa berjalan berdampingan dalam satu ekosistem pendidikan tinggi Persis yang komplementer bukan saling meniadakan, tetapi saling memperkuat.

 

UI Persis Bandung diharapkan menjadi mercusuar peradaban Islam modern sebagai tempat berpadu antara nilai tauhid, ilmu pengetahuan, dan kemajuan teknologi yaitu untuk melahirkan kader ulama, cendekiawan, dan pemimpin umat yang berakhlak mulia serta berwawasan global.

Ketika dunia semakin cair oleh modernitas dan relativisme, keberadaan universitas Islam Persis menjadi penting sebagai mercusuar yang menuntun generasi muda pada ilmu yang berlandaskan iman, dan iman yang melahirkan ilmu.

 

Gagasan ini merefleksikan pandangan yang matang dan realistis bahwa kekuatan Persis terletak pada kejelasan ideologi dan konsistensi gerakannya. Transformasi IAI Persis Bandung menjadi UI Persis Bandung bukan semata urusan administratif, melainkan langkah ideologis untuk memastikan bahwa jihad Persis tetap hidup di dunia akademik.

 

Arah pengembangan perguruan tinggi Persis bukan sekadar tentang status, melainkan tentang jati diri. Perjuangan Persis di bidang pendidikan tinggi adalah bentuk jihad yang tidak berhenti di ruang masjid, tetapi berlanjut di ruang kuliah, laboratorium, dan forum akademik.

Sebab di sanalah peradaban Islam dibangun, bukan hanya dengan semangat dakwah, tetapi juga dengan kekuatan ilmu pengetahuan yang terarah dan bernilai ibadah.

 

Dengan semangat yang diwariskan para pendiri Persis dan tekad seluruh sivitas akademika, kita menapaki jalan peningkatan mutu ini dengan penuh keyakinan. Melalui kerja keras, sinergi, dan keikhlasan, insya Allah kampus tercinta akan menapaki babak baru menuju Universitas Islam Persis Bandung sebagai simbol kemajuan, kemandirian, dan pengabdian bagi agama, ilmu, dan umat.

 

*Penulis adalah Ketua LPMI, IAI PERSIS BandungĀ 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *