
DARAS.ID — Subang seolah menjadi saksi betapa 163 siswa SDIT PERSIS Ciganitri bisa serius sekaligus heboh di waktu yang sama. Selama dua hari satu malam, pada 29 hingga 30 Oktober 2025, mereka menepi dari layar gawai dan menggantinya dengan tenda, tanah, dan tawa di Sari Ater Campervan Park, Subang.
Kegiatan yang diberi nama “Peraka Bermakna” (Perkemahan Rabu Kamis) ini merupakan program tahunan kesiswaan yang selalu dinanti. Tahun ini, kegiatan tersebut mengusung tema besar “Bersatu, Mandiri, Kolaborasi, dan Cinta Alam.” Empat kata sederhana itu justru menjadi pelajaran nyata selama dua hari di bawah langit Subang yang sejuk.
Sejak keberangkatan, semangat para peserta sudah terlihat, terutama saat mereka menaiki truk tentara menuju lokasi perkemahan.
“Aku kira bakal seru dan menyenangkan, ternyata beneran seru banget! Banyak informasi baru, belajar ketangkasan, dan sikap juga,” ujar Khenzi penuh antusias.
Chelsea menambahkan, “Aku udah ngebayangin bakal ada jurit malam dan jelajahi alam, tapi ternyata gak ada jurit malamnya. Tapi tetap seneng banget!”
Sesampainya di lokasi sekitar pukul 10 pagi, para siswa disambut suasana alam yang asri dan udara sejuk khas pegunungan. Tenda-tenda warna-warni sudah tertata rapi menunggu kedatangan mereka.
“Suasananya adem, segar banget, pemandangannya juga keren,” cerita Alan.
Sementara Khansa kagum melihat “gunung yang gede banget, baru pertama kali liat langsung.”
Setelah apel siang, kegiatan dimulai dengan pelatihan dasar seperti menolong orang pingsan dan materi semaphore untuk peserta laki-laki. Sementara itu, peserta perempuan mengikuti water fun di air belerang alami yang menyegarkan.
Bagian yang paling dinanti tentu saja jelajah alam.
Para siswa dibagi menjadi kelompok kecil dan menjelajahi beberapa pos dengan tantangan berbeda — mulai dari ketangkasan, kekompakan, hingga pembelajaran karakter.
“Aku ketemu rusa yang mirip kancil! Terus nyebur ke sungai di pos tiga, dan di pos lima ada ketangkasan,” ujar Khenzi semangat.
Chelsea mengaku merasa seperti sedang berpetualang, “Seru banget, banyak tantangannya.”
Alan menambahkan, “Di pos satu belajar 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun), terus di pos 4 kami dibentak, katanya ‘Kalian mau apa kesini? Mau ngapain? Di sini gak ada materi kok,’” ujar Alan, menirukan gaya ibu guru pembina sambil tertawa. Katanya, itu bagian dari latihan mental. “Biar berani dan gak gampang kaget.”
Malam harinya, suasana menjadi haru sekaligus hangat. Api unggun dinyalakan, lagu-lagu kebersamaan berkumandang, dan kembang api menghiasi langit Subang.
“Bagian api unggun paling berkesan, nyalain kembang api sambil nyanyi bareng, kayak pesta,” kenang Khenzi.
Namun di balik tawa, ada juga momen haru, “Aku tiba-tiba nangis denger lagu perpisahan dari camp sebelah, jadi inget bentar lagi kita juga pisah.”
Selain penuh makna, kejadian lucu turut mewarnai malam perkemahan. Ada teman yang menyimpan pisang di sepatu orang lain, kecoak yang masuk ke tenda, hingga peserta yang saling menakuti karena takut kotor. Semua berakhir dengan tawa.
Menutup kegiatan, seluruh peserta pulang dengan segudang cerita dan pengalaman berharga.
“Seru dan gak boleh dilupain sih,” kata Alan.
Sementara Khenzi menutup dengan kisah sendu, “Pas pulang aku gak dijemput orang tua, jadi pulang naik Grab. Tapi tetap seneng banget bisa ikut camping ini.”
(Nisa)






