Oleh Nurdin Qusyaeri
Persatuan Islam (PERSIS) telah memasuki abad keduanya. Sebagai organisasi yang telah mengakar dalam sejarah pemikiran Islam di Indonesia, PERSIS kini menghadapi tantangan baru: membangun sistem yang kuat dan berkelanjutan, bukan sekadar bertumpu pada figur personal. Hal ini menjadi pesan utama yang disampaikan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat PERSIS, KH. Dr. Jeje Jaenudin, M.Ag., dalam arahannya di Aula IAI PERSIS Bandung, Kamis (13/3).
Acara ini dihadiri oleh jajaran akademisi dari IAI PERSIS Bandung, termasuk Rektor IAI PERSIS, Dr. Pepen Irfan Fauzan,M.Hum., Mantan Rektor Dr. Nurmawan, M.Ag., Direktur Pascasarjana Dr. Roni Nugraha, paraWakil Rektor, para Dekan, Ketua Program studi, serta seluruh dosen dan tenaga kependidikan. Momentum ini menjadi ruang strategis untuk membahas arah baru PERSIS dalam membangun sumber daya insani dan sumber daya maliyah yang akan menjadi fondasi perjuangan di abad kedua.
Membangun Sumber Daya Insani: Kaderisasi Ulama dan Pemimpin
PERSIS menegaskan kembali pentingnya kaderisasi dalam berbagai bidang, terutama di sektor keilmuan dan kepemimpinan. Tahun 2024, PERSIS telah mengirimkan 14 kader untuk menempuh pendidikan doktoral, dan pada tahun 2025 jumlah tersebut meningkat menjadi 19 doktor. Angka ini diproyeksikan terus bertambah di masa depan sebagai upaya membangun tradisi keilmuan yang kuat.
Dewan Hisbah dan Dewan Tafkir terus menggenjot proses kaderisasi ulama dengan mendorong badan otonom seperti Pemuda PERSIS, Hima/HIMI, serta IPP/IPPI PERSIS untuk lebih aktif dalam dinamika pemikiran dan dakwah. Kaderisasi ini tidak hanya bertujuan mencetak ulama dalam arti keagamaan, tetapi juga pemimpin yang memiliki pemahaman Islam yang kokoh dan kontekstual dengan tantangan zaman.
Penguatan Ekonomi dan Budaya: Pilar Kemandirian Organisasi
Selain membangun sumber daya manusia, PERSIS juga berupaya menguatkan aspek ekonomi dan budaya. Himpunan Pengusaha PERSIS menjadi salah satu instrumen yang diperkuat untuk menciptakan kemandirian ekonomi organisasi. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan finansial dan memastikan keberlanjutan gerakan dakwah PERSIS.
Di sisi lain, bidang budaya juga harus berkembang seiring waktu. Budaya dalam konteks ini tidak hanya berarti seni dan tradisi, tetapi juga kebiasaan berpikir, bertindak, dan membangun peradaban dalam masyarakat. PERSIS berkomitmen untuk mendorong peran budaya yang lebih luas agar nilai-nilai Islam dapat terinternalisasi dalam berbagai aspek kehidupan.
Kaderisasi di Ranah Politik: Representasi di Parlemen dan Eksekutif
Dalam ranah siyasah (politik), PERSIS telah berhasil menempatkan kader-kadernya di posisi strategis. Pada Pemilu 2024, 90% dari kader yang direkomendasikan oleh PERSIS berhasil duduk di parlemen, baik di tingkat DPRD maupun DPR RI.
Lebih dari itu, PERSIS juga memiliki kader yang dipercaya sebagai Wakil Menteri Pendidikan (Dikdasmen), serta beberapa kader lainnya yang menjabat sebagai Tenaga Ahli Menteri dan Wakil Menteri. Ini adalah pencapaian besar yang menunjukkan bahwa kader PERSIS tidak hanya siap berjuang di tingkat pemikiran dan dakwah, tetapi juga mampu berkontribusi dalam kebijakan nasional.
Pengelolaan Aset: Sumber Daya Maliyah untuk Keberlanjutan
PERSIS tidak hanya berorientasi pada penguatan sumber daya insani, tetapi juga pada pengelolaan sumber daya maliyah (keuangan dan aset). Saat ini, LAZ PERSIS dan Lembaga Wakaf telah mengelola hampir 3000 aset yang tersebar di berbagai daerah. Namun, masih ada tantangan administratif dalam pengelolaan aset ini, yang saat ini sedang dalam proses pembenahan agar legalitas dan pemanfaatannya lebih optimal.
Kemandirian finansial menjadi salah satu faktor utama dalam memastikan keberlanjutan gerakan dakwah dan pendidikan PERSIS. Oleh karena itu, pengelolaan aset ini bukan hanya sekadar administratif, tetapi juga strategis dalam mendukung visi besar PERSIS ke depan.
Masa Depan Pendidikan Tinggi PERSIS: Wacana Fusi IAI ke UNIPI
Salah satu isu penting yang dibahas dalam arahan ini adalah masa depan perguruan tinggi di lingkungan PERSIS. Saat ini, PERSIS memiliki beberapa perguruan tinggi, yaitu:
- Universitas PERSIS (UNIPI), yang berada di bawah naungan Kemendikbudristek
- IAI PERSIS Bandung, IAI PERSIS Garut, STAI Al-Hidayah Tasikmalaya, dan STAI PERSIS Jakarta, yang berada di bawah Kementerian Agama
Dalam pertemuan ini, wacana fusi antara IAI PERSIS dan UNIPI menjadi salah satu topik strategis. Ketua Umum PERSIS menegaskan bahwa keputusan ini tidak bisa diambil secara terburu-buru. Kajian mendalam perlu dilakukan dengan mempertimbangkan maslahat dan mafsadatnya.
Proses ini harus melibatkan berbagai pihak, termasuk pimpinan UNIPI, IAI PERSIS, Dikti PERSIS, bidang Tarbiyah, serta para pakar pendidikan. Keputusan yang diambil harus memastikan bahwa pendidikan tinggi di lingkungan PERSIS tetap berkembang dan memberikan manfaat maksimal bagi jam’iyyah.
Pamungkas: Sistem yang Kuat untuk Perjuangan di Abad Kedua
Arahan Ketua Umum PP PERSIS ini memberikan gambaran yang jelas tentang arah perjuangan PERSIS di abad kedua. Tantangan yang dihadapi tidak lagi sama seperti di masa awal berdirinya organisasi ini, tetapi prinsip dasarnya tetap: PERSIS bukan tentang figur, melainkan tentang sistem yang kuat dan berkelanjutan.
Dengan kaderisasi yang sistematis, penguatan ekonomi dan budaya, keterlibatan dalam politik, serta pengelolaan aset yang profesional, PERSIS siap mengarungi abad keduanya dengan lebih kokoh. Semua ini adalah bagian dari ikhtiar besar untuk mewujudkan Islamsebagai rahmatan lil ‘alamin, tidak hanya dalam tataran wacana, tetapi dalam realitas kehidupan umat.






