
Oleh Soeryawan Masangang*
Dalam berbagai kesempatan, Presiden Prabowo Subianto selalu menegaskan pentingnya Indonesia bebas dari stunting. Salah satu program unggulannya untuk mencapai hal tersebut adalah program Makan Bergizi Gratis bagi anak sekolah, balita, dan ibu hamil. Gagasan ini menjadi sangat populer, tetapi juga menimbulkan banyak perdebatan di berbagai kalangan.
Sebagian pihak mendukungnya sebagai langkah strategis memenuhi kebutuhan gizi dan menciptakan generasi unggul. Namun, tak sedikit pula yang menolaknya dengan alasan program ini dianggap akan membebani dan menghamburkan keuangan negara. Penolakan ini berpijak pada anggapan bahwa program tersebut hanya janji kampanye elektoral yang kurang ditopang oleh analisis sosial ekonomi yang kritis.
Pertanyaannya, apakah tujuan utama program ini semata untuk memenuhi kebutuhan gizi anak, atau juga untuk menurunkan angka kemiskinan? Bukankah kemiskinan hanya bisa dikurangi melalui pendidikan? Padahal, pendidikan anak sekolah membutuhkan asupan gizi tinggi agar mampu mencetak sumber daya manusia yang sehat, cerdas, bertakwa, dan mapan secara ekonomi.
Keterkaitan Antar Pemerintahan dalam Membangun Bangsa
Membangun bangsa tak cukup dilakukan dalam satu siklus pemerintahan. Semua pembangunan harus saling terkait, berkelanjutan, dan terintegrasi dalam satu sistem jangka panjang. Setiap pemerintah memiliki visi, misi, dan strategi unggulan masing-masing. Namun semuanya harus bermuara pada cita-cita besar: Indonesia yang adil dan makmur.
Jika pada masa pemerintahan Presiden Jokowi fokus pembangunan adalah infrastruktur — yang kini hasilnya bisa dilihat di mana-mana — maka di era Presiden Prabowo Subianto, pembangunan akan diarahkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Salah satu kuncinya adalah program Makan Bergizi Gratis untuk anak sekolah, balita, dan ibu hamil dalam rangka mencetak Generasi Emas 2045.
Pertanyaan Kunci Terkait Makan Bergizi Gratis
Lalu bagaimana dengan Indonesia saat ini? Di sinilah peran penting kita untuk menjelaskan secara sederhana, singkat, dan padat agar masyarakat memahami pokok-pokok pikiran Presiden Prabowo. Namun tentu saja, banyak pertanyaan besar yang muncul:
- Dari mana sumber anggaran sebesar Rp450 triliun per tahun untuk program ini?
- Mampukah badan baru yang dibentuk untuk mengelolanya bekerja secara efektif?
- Seperti apa struktur manajemen dan personel yang akan diterapkan?
- Bagaimana proses penyediaan dan distribusi makanan bergizi?
- Sumber gizi seperti apa yang akan digunakan?
- Apa strategi besar untuk mencetak SDM unggul menuju Generasi Emas 2045?
Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi dasar perdebatan dan evaluasi program. Kita perlu menjawabnya secara komprehensif agar kebijakan ini dapat dijalankan dengan optimal, tanpa mengorbankan sektor-sektor penting lainnya dalam APBN.
Bersambung ke Bagian 2…
*Penulis adalah Sekretaris Jenderal Gerakan Nasional Masyarakat Pro Prabowo
Editor: San






