Langkah yang Pelan, Doa yang Dalam

Langkah yang Pelan, Doa yang Dalam
Foto Twitter (X)

Oleh Nurdin Qusyaeri

Tidak semua yang lambat berarti tertinggal.

Ada langkah-langkah yang memang dicipta Tuhan untuk menanam kesabaran.

Seperti siput yang tetap merayap meski dunia berlari, ia tahu, tak perlu tergesa bila arah sudah jelas.

Sebab yang penting bukan cepat sampai, melainkan pasti menuju.

Dan bila engkau lelah di tengah jalan,

ingatlah — hasil yang indah tak pernah lahir dari langkah yang mudah.

Bunga tak tumbuh di tanah yang manja, ia menembus kerasnya bumi agar kelak semerbak mewangi di taman harapan.

Begitu pula hidupmu: luka-lukanya hari ini adalah harga dari keindahan esok yang belum tampak.

Namun andai semua harapan itu tak kunjung jadi nyata, tetaplah bersujud.

Terwujud atau tidak terwujud,

Tuhan tidak menilai hasil, tapi keteguhan hatimu untuk tetap percaya.

Sebab hidup bukan lomba cepat-cepatan, melainkan perjalanan untuk menemukan makna.

Dan di setiap langkah kecil yang tak terlihat orang, ada cahaya Tuhan yang sedang menuntunmu— perlahan, pasti, menuju kemuliaan.

Tumbuh di Antara Luka dan Doa”

Hidup ini bukan sekadar cerita tentang siapa yang duluan tiba, tetapi tentang siapa yang tetap bertahan di tengah badai yang tak kunjung reda.

Sering kali, orang yang paling kuat bukan yang tak pernah jatuh, melainkan yang selalu bangkit, meski hanya dengan sisa tenaga dan sebutir keyakinan.

Ada masa di mana langkah terasa berat, seolah setiap harapan hanya membentur dinding takdir.

Namun justru di sanalah Tuhan sedang mengajarimu makna:

bahwa keindahan tak tumbuh di tanah yang lunak, tetapi di ladang perjuangan yang basah oleh air mata.

Biarlah hari-harimu berjalan pelan, biarlah jalanmu penuh duri dan lumpur, selama hatimu tetap menatap langit dan percaya bahwa setiap luka sedang menulis ayat tentang keteguhan.

Baca Juga:  Setelah Hujan, Langitmu akan Lebih Indah

Dan ketika hasil belum tampak, ketika doa masih menggantung di udara tanpa jawaban, bersujudlah sekali lagi — bukan karena engkau kalah,

tetapi karena engkau sadar, bahwa kekuatan sejati bukan pada tangan yang menggenggam dunia, melainkan pada hati yang tetap tenang meski dunia terlepas dari genggamannya.

Di bawah Gunung Manglayang, 5 November 2025

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *