Belajar Menjadi Wanita Tenang, Bukan Wanita Tantrum

Wanita Tenang
Foto Penulis di @aleaflorist (dokpri)

Oleh Popi Sri Mulyani*

Di tengah dinamika kehidupan yang semakin kompleks, menjadi wanita yang tenang adalah anugerah dan kekuatan. Tidak semua hal harus ditanggapi dengan ledakan emosi atau kemarahan berlebihan. Di sinilah pentingnya belajar menjadi wanita yang tenang, bukan wanita yang tantrum.

Tantrum bukan hanya perilaku anak-anak. Dalam konteks dewasa, tantrum mencerminkan kurangnya kendali emosi—ledakan amarah, menyalahkan orang lain, dan menciptakan ketegangan dalam relasi. Sebaliknya, ketenangan adalah tanda kedewasaan dan kematangan spiritual. Seorang wanita yang tenang mampu merespons tekanan dengan sabar, berpikir jernih sebelum bertindak, dan tetap tenang di tengah badai.

Ketenangan tidak berarti lemah. Justru, wanita yang tenang memiliki pengendalian diri yang tinggi. Sebagaimana Rasulullah ﷺ bersabda:

“Bukanlah orang kuat itu yang menang dalam gulat, tetapi orang yang kuat adalah orang yang dapat mengendalikan dirinya ketika marah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menegaskan bahwa kekuatan sejati seorang perempuan bukan pada suara kerasnya, tapi pada kendali terhadap emosinya.

Baca Juga:  Apa Kabar Palestina, Apa Kabar Hati Kita?

Sosok Khadijah binti Khuwailid, istri pertama Nabi Muhammad ﷺ, adalah contoh wanita tenang yang luar biasa. Saat Nabi pulang dari Gua Hira dalam keadaan gemetar setelah menerima wahyu pertama, Khadijah tidak panik. Ia menyelimuti Nabi, menenangkan, dan berkata penuh ketegasan dan keimanan:

“Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu. Engkau menyambung tali silaturahim, jujur dalam berkata, menolong yang lemah, memuliakan tamu, dan menolong yang benar.”

Sikapnya yang sabar dan tidak emosional menjadi teladan bahwa ketenangan bisa membawa stabilitas dan kekuatan dalam keluarga.

Wanita yang mudah marah atau tantrum sering kali tidak hanya merusak suasana, tapi juga merusak harga dirinya sendiri. Emosi yang tidak terkendali dapat mengganggu keharmonisan rumah tangga, menurunkan kualitas komunikasi, dan menyebabkan luka batin bagi pasangan maupun anak.

Psikolog Daniel Goleman, dalam bukunya Emotional Intelligence, menyebut bahwa kecerdasan emosional (EQ) jauh lebih penting dalam kehidupan sosial dibandingkan IQ. Kemampuan untuk mengenali dan mengelola emosi sendiri dan orang lain menjadi kunci hubungan yang sehat dan produktif.

Baca Juga:  Revisi di Ujung Malam, Semangat di Tengah Badai

Langkah-langkah Menuju Ketenangan

1. Mengenali Pemicu Emosi

Identifikasi hal-hal yang membuat Anda mudah marah. Apakah karena stres, kelelahan, atau luka batin yang belum sembuh? Kesadaran ini adalah langkah awal menuju kontrol diri.

2. Melatih Napas dan Doa

Ketika mulai emosi, tarik napas dalam-dalam, beristighfar, dan berdoa. Rasulullah ﷺ mengajarkan:

“Jika salah seorang dari kalian marah, maka hendaklah ia diam.” (HR. Ahmad)

3. Berpikir Sebelum Bertindak

Tahan diri sejenak sebelum bicara atau bertindak. Kalimat yang diucapkan saat marah bisa menghancurkan hubungan seumur hidup.

4. Belajar dari Keteladanan

Pelajari kisah-kisah wanita salehah seperti Asiyah, Maryam, Khadijah, dan Fatimah. Mereka bukan wanita keras, tapi wanita tegar dan tenang.

5. Terapi Diri dan Koneksi Spiritual

Mendekat kepada Allah, menjaga salat, zikir, dan membaca Al-Qur’an akan membantu menjaga kestabilan hati.
Allah SWT berfirman:

“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenang.” (QS. Ar-Ra’d: 28)

Menjadi wanita tenang adalah pilihan sadar yang membutuhkan latihan dan kesabaran. Tidak instan, tapi sangat mungkin. Tenang bukan berarti pasif, melainkan tahu kapan harus bersuara dan kapan harus diam. Tenang bukan berarti tunduk, tapi tahu cara mengontrol situasi tanpa meledak-ledak.

Kehidupan rumah tangga, peran sebagai ibu, istri, anak, bahkan pemimpin akan lebih harmonis bila dikawal oleh ketenangan hati. Sebab, wanita tenang akan selalu membawa damai, bukan kerusakan.

*Penulis Mahasiswi KPI IAI Persis Bandung

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *