
Oleh Soeryawan Masangang*
Proses Penyediaan dan Distribusi
Secara lebih terperinci, mari kita bahas bagaimana proses penyediaan bahan pangan dan barang penunjang untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis.
Sebagai ilustrasi, berikut simulasi menu untuk empat kelas, dengan asumsi setiap kelas menerima satu jenis menu senilai Rp15.000 per anak. Contoh ini diadaptasi dari simulasi di SMP Negeri 2 Curug, Tangerang, yang digagas oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto.
Kelas A
- Ayam goreng tepung
- Perkedel
- Sayur capcay
- Pisang
Kelas B
- Nasi semur telur
- Tempe goreng tepung
- Tumis buncis, wortel
- Pisang
Kelas C
- Gado-gado dengan lontong
- Tahu goreng
- Telur rebus
- Kol, wortel, sawi
- Pisang
Kelas D
- Siomay
- Kentang goreng
- Telur rebus
- Bumbu kacang
- Tahu kukus
- Kol
- Pisang
Selain menu pokok, setiap paket sebaiknya dilengkapi dengan asupan susu dan daging untuk memastikan kebutuhan gizi anak terpenuhi secara seimbang—mencakup karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.
Dari contoh menu di atas, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan bahan pangan utama untuk program ini meliputi beras, tepung terigu, gula, aneka bumbu dapur, minyak goreng, kelapa, ayam, telur, daging, susu, berbagai jenis sayuran, kedelai, jagung, kacang-kacangan, dan buah-buahan.
Indonesia sebenarnya memiliki potensi alam yang melimpah untuk mendukung ketersediaan bahan baku tersebut.
Adapun aspek suplai dan distribusi mencakup sumber bahan pangan, jalur suplai, serta mekanisme pendistribusian ke pasar induk dan pasar lokal/tradisional. Pasar inilah yang akan menjadi titik temu transaksi antara penjual dan pembeli.
Jika sistem suplai dan distribusi terintegrasi dalam program Makan Bergizi Gratis, maka pengelolaan komoditas pangan, terutama sembilan bahan pokok (sembako), harus dikaji secara mendalam.
Program ini akan memicu lonjakan kebutuhan pangan dalam skala besar, membutuhkan anggaran signifikan, dan melibatkan banyak sektor.
Dampaknya dapat mendorong pertumbuhan usaha kecil dan menengah, memacu perbaikan manajemen rantai pasok, serta menuntut pembenahan infrastruktur—mulai dari akses jalan desa hingga pasar tradisional sebagai sentra penyaluran sembako bagi masyarakat.
Sumber Gizi Seperti Apa yang Ingin Diberikan?
Para ahli gizi sepakat bahwa untuk membangun Sumber Daya Manusia Indonesia yang unggul menuju Generasi Emas 2045, intervensi gizi harus dimulai sedini mungkin.
Hal ini tertuang dalam data Kementerian Kesehatan RI, publikasi PT Silon Internasional Hospital Tbk, serta berbagai makalah ilmiah, salah satunya oleh dr. Dian Permata Sari, MGizi, Sp.GK.
Rantai pemenuhan gizi ini perlu menyasar kelompok prioritas secara berjenjang, yaitu:
- Ibu hamil (9 bulan)
- Bayi usia 0–2 tahun
- Balita usia 2–3 tahun
- Kelompok bermain dan TK (3–6 tahun)
- SD (6–13 tahun)
- SMP (13–16 tahun)
- SMA (16–19 tahun)
Dengan demikian, perencanaan gizi harus terintegrasi, berkelanjutan, dan konsisten di semua tahap pertumbuhan.
Bersambung ke Bagian 5
*Penulis adalah Sekretaris Jenderal Gaspro






