Agama  

Para Sahabat yang Berwakaf sebagai Bukti Ketaatan dan Kedermawanan

dok.pribadi

 

Di antara teladan yang luar biasa dari para sahabat Rasulullah SAW adalah bagaimana mereka mewakafkan sebagian besar harta yang mereka cintai untuk kepentingan umat. Mereka terinspirasi oleh firman Allah dalam Al-Qur’an yang mendorong untuk memberikan yang terbaik dari apa yang mereka miliki demi mencapai kebajikan sejati.

Allah SWT berfirman:

لَن تَنَالُوا۟ ٱلْبِرَّ حَتَّىٰ تُنفِقُوا۟ مِمَّا تُحِبُّونَ ۚ وَمَا تُنفِقُوا۟ مِن شَىْءٍۢ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٌۭ

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan (shodaqoh/waqaf) sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (QS. Ali Imran: 92)

Ayat ini menjadi pemacu semangat bagi para sahabat untuk berlomba-lomba dalam memberikan yang terbaik dari harta mereka, sehingga pahala terus mengalir bagi mereka, bahkan setelah mereka wafat. Berikut ini adalah beberapa contoh dari sahabat yang mewakafkan harta terbaik mereka.

1. Utsman bin Affan RA dengan Wakaf Sumur Ruumah

Salah satu wakaf paling berkesan yang dilakukan oleh Utsman bin Affan RA adalah ketika ia membeli sumur yang bernama Bi’ru Ruumah.

Sebelumnya, sumur ini dimiliki oleh seorang Yahudi yang mempersulit warga sekitar dengan menetapkan harga air yang sangat tinggi. Rasulullah SAW kemudian menganjurkan para sahabat untuk membeli sumur tersebut dengan janji pengampunan dosa.

Diriwayatkan, Rasulullah bersabda:

“Barangsiapa yang membeli sumur Ruumah, maka Allah SWT mengampuni dosa-dosanya.” (HR. An-Nasai).

Utsman bin Affan RA, tergerak oleh janji tersebut, membeli sumur itu dan mewakafkannya kepada kaum muslimin.

Wakaf ini menjadi sumber manfaat yang sangat besar bagi masyarakat pada masa itu, dan pahala dari wakaf tersebut terus mengalir hingga hari ini.

Baca Juga:  Jagalah Allah, Niscaya Allah Akan Menjagamu

2. Abu Thalhah RA. yang Wakaf Kebun Bairuha
Abu Thalhah RA dikenal karena mewakafkan kebun terbaiknya, yaitu perkebunan Bairuha.

Kebun ini adalah harta yang paling dicintainya karena merupakan salah satu yang paling produktif di antara hartanya.

Namun, ketaatannya kepada Allah SWT membuatnya rela melepaskan kebun itu sebagai bentuk wakaf, dengan tujuan agar hasilnya dapat dinikmati oleh kaum muslimin, khususnya mereka yang membutuhkan.

3. Umar bin Khattab RA yang Wakaf Tanah Khaibar
Sahabat lainnya, Umar bin Khattab RA, juga mengikuti jejak ini dengan mewakafkan tanahnya di Khaibar, yang terkenal subur dan menghasilkan panen melimpah.

Umar sangat mencintai tanah ini, namun atas nasihat Rasulullah SAW, ia mewakafkan tanah tersebut. Rasulullah menyarankan agar Umar “menahan pokoknya dan memberikan hasilnya kepada fakir miskin.”

Langkah Umar ini tidak hanya menunjukkan keteladanannya dalam berwakaf, tetapi juga menjadi inspirasi bagi banyak sahabat lainnya.

Ketika Umar menjadi khalifah, ia mencatatkan wakafnya dalam akta wakaf resmi dan diumumkan kepada masyarakat. Sejak itu, tradisi wakaf semakin meluas di kalangan keluarga Nabi SAW dan para sahabat.

Hikmah Wakaf adalah Pahala yang Tak Terputus
Apa yang dilakukan para sahabat ini memberikan pelajaran penting bagi kita. Mereka tidak hanya melihat wakaf sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, tetapi juga sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meraih kebajikan yang sempurna.

Harta yang mereka cintai dan korbankan untuk kepentingan umat menjadi pahala yang terus mengalir, bahkan setelah mereka tiada.

Hal ini juga sejalan dengan sabda Rasulullah SAW:

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: shodaqoh jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakannya.” (HR. Muslim).

Baca Juga:  Dari Al-Ihsan ke Welas Asih: Pribumisasi Islam dalam Layanan Publik

Mereka yang berwakaf memiliki peluang untuk terus mendapatkan pahala jariyah, yakni pahala yang terus mengalir tanpa henti, sebagaimana air dari sumur Ruumah atau hasil kebun Bairuha yang terus dinikmati oleh banyak orang.

Bagaimana Dengan Kita?
Kisah-kisah para sahabat yang berwakaf mengajarkan kita untuk menilai kembali harta yang kita miliki. Apakah kita sudah melepaskan sebagian dari yang paling kita cintai demi meraih ridha Allah? Wakaf, sedekah, dan infak bukan hanya soal jumlah, tetapi tentang ketulusan dan keikhlasan untuk memberi yang terbaik.

Seperti para sahabat, kita pun memiliki kesempatan yang sama untuk menyalurkan harta kita dalam bentuk wakaf yang bisa menjadi sumber manfaat bagi masyarakat dan menjadi jalan pahala yang terus mengalir bagi kita di dunia dan royalti di akhirat. Wallahu ‘alam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *