Kemana Sehabis Mu’allimin: Refleksi Kritis untuk Generasi PERSIS

Kemana Sehabis Mu'allimin?
Penulis sedang presentasi depan siswa Mu’allimin (foto pcmb)

Oleh Hendi Rustandi*

Mu’allimin bukan sekadar gerbang pendidikan, melainkan kawah candradimuka yang menempa karakter, intelektualitas, dan militansi. Lulus dari Mu’allimin adalah awal dari perjalanan panjang pengabdian, bukan akhir dari sebuah perjuangan. Pertanyaan yang seringkali menghantui pikiran para lulusan adalah, Kemana Sehabis Mu’allimin?

Dahulu, kebimbangan dalam menentukan pilihan perguruan tinggi seringkali dipicu oleh kekhawatiran akan kemampuan ekonomi untuk membiayai kuliah. Tidak sedikit lulusan yang merasa ragu untuk melanjutkan pendidikan karena keterbatasan finansial.

Namun, keadaannya telah banyak berubah. Saat ini, semangat alumni Mu’allimin untuk melanjutkan kuliah telah meningkat secara signifikan. Jika dibandingkan dengan 25 tahun yang lalu, di mana hanya sebagian kecil yang berani bermimpi untuk kuliah, kini sekitar 90% alumni Mu’allimin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Perubahan ini menunjukkan adanya kemajuan dalam kesadaran akan pentingnya pendidikan tinggi di kalangan lulusan Mu’allimin. Namun, kebimbangan belum sepenuhnya hilang. Saat ini, keraguan yang muncul bukan lagi karena alasan ekonomi, melainkan karena banyaknya pilihan kampus yang tersedia.

Di tengah derasnya arus globalisasi dan semakin kompetitifnya dunia pendidikan, para alumni dihadapkan pada berbagai alternatif perguruan tinggi, baik di dalam maupun luar negeri. Mereka perlu mempertimbangkan banyak aspek dalam memilih kampus, mulai dari program studi yang ditawarkan, kualitas pendidikan, hingga relevansi kurikulum dengan kebutuhan zaman.

Di sinilah peran Persatuan Islam (Persis) menjadi sangat penting dalam memberikan arahan dan bimbingan. Persis membutuhkan kader-kader yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki komitmen yang kuat terhadap nilai dan prinsip-prinsip organisasi. Dalam konteks ini, pilihan untuk melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi Persis menjadi sangat relevan, sebagai upaya mencetak generasi penerus yang berkualitas.

Regenerasi kepemimpinan PERSIS: Antara Harapan dan Kenyataan

Persis adalah organisasi besar yang memainkan peran penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Untuk menjaga keberlangsungan dan kemajuannya, dibutuhkan generasi penerus yang memiliki kompetensi, integritas, dan komitmen yang tinggi. Oleh karena itu, regenerasi kepemimpinan menjadi agenda strategis yang tidak bisa diabaikan.

Kehadiran perguruan tinggi Persis membawa misi yang lebih luas, yakni mencetak kader yang memiliki wawasan keislaman yang mendalam sekaligus kemampuan intelektual yang mumpuni untuk berkompetisi di kancah global.

Generasi yang lahir dari rahim Persis diharapkan tidak hanya mampu membawa dirinya ke pentas internasional, tetapi juga mengantarkan Persis sebagai organisasi sosial dan dakwah yang berpengaruh di tingkat global.

Di tengah persaingan dunia yang semakin ketat, kehadiran perguruan tinggi Persis menjadi kunci untuk mencetak generasi yang memiliki kapasitas kepemimpinan yang adaptif, inovatif, dan visioner. Dengan melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi Milik PERSIS, para lulusan Mu’allimin turut berkontribusi dalam upaya mencetak kader-kader masa depan.

Generasi yang benar-benar lahir dari rahim dan dibesarkan di lingkungan Persatuan Islam. Generasi yang siap mengemban amanah untuk mengembangkan organisasi di masa yang akan datang. Mereka akan menjadi pionir yang memperjuangkan visi dan misi Persis dengan pendekatan yang relevan dan efektif di era globalisasi.

Namun, mari kita jujur pada diri sendiri. Sejauh mana idealisme ini telah terwujud? Sejauh mana Perguruan Tinggi Persis telah menjadi magnet yang menarik minat para lulusan Mu’allimin terbaik? Apakah PT PERSIS telah memberikan yang terbaik bagi mereka, sehingga mereka merasa bangga dan termotivasi untuk melanjutkan perjuangan estafet di Perguruan Tinggi PERSIS?

Krisis Kaderisasi: Ancaman Pudarnya Ruh Persis

Mu’allimin seharusnya menjadi mata air yang tak pernah kering, terus mengalirkan kader-kader potensial ke Perguruan Tinggi PERSIS. Dari sana, mereka dipersiapkan menjadi pemimpin masa depan yang mampu mengarahkan jam’iyah dengan pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai, prinsip, dan sejarah PERSIS.

Baca Juga:  Bukan Sekadar Camping, Ini Tentang Persahabatan, Mental, dan Cinta Alam

Namun, kenyataan saat ini menunjukkan tren yang ditolak: semakin banyak alumni Mu’allimin yang memilih melanjutkan studi di luar Perguruan Tinggi Persis.

Fenomena ini bukan sekadar persoalan pilihan akademik, namun menandakan gejala krisis kaderisasi yang serius. Jika tren ini terus berlanjut, PERSIS tidak hanya kehilangan potensi intelektual terbaiknya, tetapi juga menghadapi ancaman kepemimpinan yang tidak lagi diperlukan pada nilai-nilai dan semangat perjuangan PERSIS.

Pada titik ini, eksistensi dan identitas organisasi bisa goyah, karena dikelola oleh generasi yang mungkin kurang memahami esensi perjuangan Persis.

Lebih kritis lagi, krisis kaderisasi ini dapat membuka celah bagi pihak-pihak luar yang tidak sepenuhnya memahami ruh Persis untuk mengambil peran strategis dalam organisasi. Mereka mungkin memiliki kemampuan manajerial yang baik, namun tanpa pemahaman yang kuat tentang sejarah dan prinsip-prinsip Persis, arah perjuangan jam’iyah bisa meleceng dari cita-cita luhur para pendiri.

Dalam skenario terburuk, PERSIS bisa mengalami pergeseran identitas yang menghilangkan kekhasannya sebagai organisasi dakwah dan sosial yang berbasis pada pemurnian akidah dan perjuangan Islam.

Oleh karena itu, diperlukan strategi yang lebih komprehensif untuk mengatasi krisis ini, seperti penguatan kurikulum di Mu’allimin yang tidak hanya fokus pada tafaqquh fiddin, tetapi juga pada penguatan komitmen ideologis terhadap PERSIS. Selain itu Perguruat Tinggi PERSIS perlu terus meningkatkan kualitas dan daya tariknya agar menjadi pilihan utama bagi para alumni Mu’allimin.

Tanpa upaya serius dalam regenerasi kader yang berkualitas, PERSIS berisiko kehilangan semangat perjuangannya yang telah menjadi denyut nadi organisasi sejak awal didirikan.

Transformasi Pendidikan PERSIS: Dari STIU hingga IAI

Sejak tahun 1994, Persatuan Islam (Persis) telah memiliki Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin (STIU) yang kemudian bertransformasi menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Persatuan Islam (STAIPI), dan kini menjadi Institut Agama Islam Persis (IAI Persis) Bandung.

Perkembangan ini bukan sekadar perubahan nama, tetapi merupakan langkah strategis dalam memperkuat fondasi pendidikan tinggi yang fokus pada pengembangan kader Persis.

Kehadiran IAI Persis Bandung menjadi jawaban atas kebutuhan untuk mencetak generasi yang tidak hanya memahami ilmu agama secara mendalam, tetapi juga memiliki wawasan intelektual yang luas dan relevan dengan perkembangan zaman.

IAI Persis Bandung: Pilar Penguatan Kader PERSIS

Melanjutkan pendidikan ke IAI Persis Bandung bukan sekadar melanjutkan jenjang akademik, melainkan langkah visioner dalam mempersiapkan masa depan Persis.

Keputusan ini adalah bentuk investasi jangka panjang yang strategis, di mana para siswa dipersiapkan untuk menjadi garda terdepan dalam menjaga dan mengembangkan nilai-nilai Islam di tengah dinamika zaman yang terus berubah.

IAI Persis Bandung memiliki empat fakultas unggulan yang menawarkan pengalaman belajar komprehensif dan relevan dengan kebutuhan masyarakat modern:

Fakultas Dakwah dan Komunikasi hadir untuk membekali mahasiswa dengan keterampilan komunikasi yang efektif, sekaligus strategi dakwah yang kontekstual dan relevan dengan perkembangan teknologi digital.

Mahasiswa diajarkan untuk menjadi juru bicara Islam yang bijak dan adaptif dalam menyampaikan pesan kebenaran kepada khalayak yang semakin beragam.

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan fokus pada pembentukan pendidik yang kompeten dan menyelamatkan dalam mendidik generasi penerus bangsa.

Tidak hanya menguasai ilmu pedagogi, mahasiswa juga dibekali dengan pemahaman mendalam tentang nilai-nilai Islam, sehingga mereka mampu membentuk karakter didikan yang berakhlak mulia dan berwawasan luas.

Baca Juga:  Rapat Perdana Panitia Penggabungan IAI PERSIS–UNIPI: Antara Harapan, Kekhawatiran, dan Jalan Tengah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam hadir untuk mencetak para ekonom dan pebisnis yang handal, tidak hanya unggul secara profesional tetapi juga beretika Islami.

Dengan kurikulum yang mengintegrasikan ilmu ekonomi modern dengan prinsip-prinsip syariah, fakultas ini mencetak lulusan yang siap berkontribusi dalam dunia bisnis dengan tetap memegang teguh nilai-nilai keadilan dan keseimbangan.

Fakultas Ushuluddin menjadi pusat pengkajian akidah dan pemikiran Islam dengan pendekatan yang kritis dan komprehensif.

Mahasiswa didorong untuk menggali esensi ajaran Islam secara mendalam, mengembangkan nalar kritis, dan memperkuat fondasi keimanan mereka sehingga mampu menjawab tantangan pemikiran kontemporer dengan argumentasi yang kuat dan rasional.

Dengan empat fakultas yang saling melengkapi ini, IAI Persis Bandung tidak hanya mencetak lulusan yang cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara spiritual dan sosial.

Mahasiswa dipersiapkan untuk menjadi pemimpin yang berintegritas tinggi dan mampu membawa perubahan positif bagi umat dan bangsa. Inilah investasi jangka panjang yang akan menjaga hasrat dan perjuangan Persis di masa depan.

Nilai Tambah yang Diperoleh di IAI Persis Bandung: Lebih dari Sekadar Gelar

Penguatan Ideologi Persis: Kurikulum di IAI Persis Bandung dirancang untuk memperdalam pemahaman tentang Manhaj Persis. Mahasiswa tidak hanya mempelajari ilmu agama secara tekstual, tetapi juga memahami esensi ajaran Persis sebagai gerakan pembaruan Islam.

Dengan landasan ideologi yang kokoh, mereka dipersiapkan untuk menjadi kader yang siap mengemban amanah dakwah dan menjaga kemurnian perjuangan Persis.

Pengembangan Intelektualitas: IAI Persis Bandung menawarkan berbagai program studi yang relevan dengan kebutuhan zaman, mulai dari Imu Al-Quran dan Tafsir, Ilmu Hadits, Komunikasi dan Penyiaran Islam, Ekonomi Syariah, Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Islam Anak Usia Dini.

Para mahasiswa dibekali dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang mumpuni untuk berkontribusi di berbagai bidang, baik di dunia profesional maupun dalam pengabdian kepada umat.

Pembentukan Karakter Islami: Lingkungan kampus yang Islami menjadi faktor penting dalam pembentukan karakter mahasiswa. Di IAI Persis Bandung, mereka dididik untuk menjadi pribadi yang berakhlak mulia, disiplin, bertanggung jawab, dan memiliki integritas yang tinggi.

Pembiasaan dalam kehidupan kampus yang Islami menciptakan suasana yang kondusif untuk membentuk pemimpin yang amanah dan beretika.

Jaringan Alumni yang Solid dan Berpengaruh: Menjadi bagian dari IAI Persis Bandung berarti bergabung dengan keluarga besar Persis yang memiliki jaringan alumni yang luas dan solid. Para alumni IAI Persis Bandung tersebar di berbagai pelosok negeri dan berkiprah di berbagai bidang, mulai dari pendidikan, ekonomi, politik, hingga dakwah.

Jaringan ini tidak hanya menjadi modal sosial yang berharga, namun juga menjadi sumber inspirasi dan dukungan dalam mengembangkan karir serta memperluas pengabdian kepada umat dan bangsa.

Panggilan Jiwa untuk Generasi Penerus PERSIS

Tulisan ini bukan hanya sekedar ajakan rasional, ini adalah panggilan jiwa. Panggilan untuk berkontribusi dalam menjaga warisan luhur para pendahulu kita, untuk memastikan bahwa Persis tetap menjadi obor penerang bagi umat dan bangsa, untuk menjadi bagian dari solusi, bukan bagian dari masalah.

Kepada para alumni Mu’allimin, renungkanlah! Masa depan PERSIS ada di tangan kalian. Pilihan ada di tangan kalian. Apakah kalian akan menjawab panggilan ini, atau membiarkan berlalu begitu saja? Ingatlah, sejarah akan mencatat setiap pilihan yang kita ambil. Jangan sampai menyesal di kemudian hari karena telah melewatkan kesempatan emas untuk berbakti kepada jami’iyah yang mencerahkan.

*Penulis Dosen IAI Persis Bandung

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *