
Oleh Nurdin Qusyaeri
Dalam perjalanan hidup ini, sering kali kita terjebak dalam hitungan masalah. Kita sibuk merinci luka-luka, menghitung satu per satu kecewa, hingga lupa betapa banyak nikmat yang seharusnya kita syukuri.
Hitunglah nikmatmu agar hatimu penuh syukur, bukan hanya menghitung masalah hingga mulutmu hanya bisa mengeluh. Ketahuilah, keluhan tak pernah menuntaskan apa pun. Hanya syukur yang mampu menjadikan hati lapang dan jiwa tenang.
Setiap ujian dalam hidup adalah proses. Seperti pohon bongsai yang indah, ia harus melewati proses yang sulit dan menyakitkan. Dibentuk, ditekan, bahkan dilukai agar menjadi keindahan yang memikat mata.
Maka, jangan pernah takut menghadapi kepahitan, sebab perjalanan hidup ini seperti kopi; rasa nikmatnya justru ada dalam pahitnya.
Kadang kita merasa rendah, hina di mata orang lain. Tapi ingatlah, yang merendahkanmu hanyalah makhluk-Nya. Selama bukan DIA yang merendahkanmu, maka tenanglah, hidupmu akan baik-baik saja.
Dunia ini hanya panggung sandiwara yang sering kali melelahkan, namun ketika kita meniatkan segalanya lillah, segala lelah akan bermuara pada kebahagiaan dunia dan akhirat.
Bahagia itu bukan soal memiliki apa yang kita cintai, tapi bahagia itu hadir saat kita mampu mencintai apa yang kita miliki.
Ini tentang mengikhlaskan, tentang menerima, dan tentang merasakan cukup. Sebab di balik setiap hal yang kita genggam, ada alasan indah yang ditulis Tuhan untuk kita.
Rumi: Jadikan kesyukuran sebagai jubah pelindungmu, karena syukur akan selalu memberi kepuasan di setiap aspek hidupmu.
Namun, di tengah semua itu, kita seringkali terlalu cepat menilai dan membenci orang lain hanya karena satu kesalahan, satu dosa yang bahkan belum pasti benar.
Tapi bagaimana dengan diri kita? Kenapa kita bisa membenci orang karena satu dosa yang masih kita kira, tapi kita lupa membenci diri sendiri, padahal kita yakin dosa kita pasti ada? Betapa mudahnya kita menutup mata terhadap kekurangan sendiri, namun membuka lebar-lebar mata terhadap kekurangan orang lain.
Hidup ini bukan tentang siapa yang sempurna, tapi tentang siapa yang mau terus bertahan, belajar, dan memperbaiki niat. Niat itu ibarat paket, salah tulis alamat maka akan nyasar di tempat yang bukan tujuan.
Maka luruskan niat, tetapkan hati pada-NYA, dan jangan pernah khawatir. Sebab kekhawatiran tak pernah memperbaiki apa pun. Latihlah dirimu untuk tetap tenang, bahkan dalam situasi yang paling buruk sekalipun.
Pada akhirnya, dunia ini hanyalah tempatnya lelah. Tak ada satu pun yang kekal di sini. Maka genggamlah tujuan akhirat dengan kuat.
Niatkan lillah, jalani dengan syukur, dan hadapi dengan sabar. Sebab Tuhan tak pernah menjanjikan jalan hidup yang mudah, tapi DIA menjanjikan bahwa setiap rasa sakit akan berbuah manis bagi mereka yang bersabar dan bersyukur. Wallahu’alam
sangat related dengan kehidupan penikmat kopi
Makasih Andre kalau related.