Mencintai Ilmu, Menyalakan Peradaban: Inspirasi dari Pidato Hoerudin Amin di IAI Expo 2025

Hoerudin Amin
Muhammad Hoerudin Amin sedang berpidato memberikan motivasi kepada mahasiswa dan pelajar peserta IAI Expo 2025 (dokpri)

Nurdin Qusyaeri, DARAS.ID

BANDUNG — Dalam momen penuh semangat dan refleksi di hadapan ratusan mahasiswa peserta IAI Expo 2025, anggota DPR RI dan tokoh pendidikan Islam Indonesia, Muhammad Hoerudin Amin, menyampaikan pidato motivasi yang menggugah. Pidato itu bukan sekadar rentetan kalimat inspiratif, tetapi suntikan kesadaran kolektif bagi kaum muda terdidik agar mencintai ilmu, menumbuhkan pengorbanan, dan memikul tanggung jawab peradaban.

Nostalgia yang Menggerakkan: Buku, Dosen, dan Spirit Awal

Hoerudin membuka orasinya dengan mengenang masa awal kuliah—sebuah fase di mana idealisme bertemu kenyataan. Ia menyebut sosok Dr. Hamdani Hamid, dosen yang menginspirasinya untuk tidak hanya belajar, tetapi berpikir dan berjiwa besar. Bukan sekadar nasihat kosong, Dr. Hamdani bahkan secara khusus menugaskan mahasiswa untuk membaca buku berjudul “Berpikir dan Berjiwa Besar” karya David J. Schwartz, sebagai bekal membangun mentalitas unggul di tengah keterbatasan.

Buku tersebut, yang merupakan terjemahan dari karya klasik motivasi The Magic of Thinking Big (1959), telah menjadi rujukan penting dalam dunia pengembangan diri. Schwartz mengajarkan bahwa ukuran keberhasilan seseorang ditentukan bukan oleh seberapa besar ilmunya, melainkan oleh seberapa besar ia berani berpikir, bermimpi, dan bertindak. Versi bahasa Indonesianya diterjemahkan oleh Lyndon Saputra dan diterbitkan oleh Binarupa Aksara serta Karisma Publishing Group.

Dari sini, Hoerudin mengajukan tantangan konkret kepada para mahasiswa dan para pelajar:

Berapa buku yang kamu baca dalam sehari?”

Di tengah dunia yang penuh distraksi dan kemudahan, pertanyaan itu terasa menghentak. Tidak lagi cukup menjadi mahasiswa yang sekadar hadir di kelas, tetapi harus hadir sebagai pembaca yang tangguh dan pemikir yang tahan banting.

Baca Juga:  Pesan Berenergi dari Muhammad Hoerudin Amin di Penutupan IAI Expo 2025

Inspirasi Hoerudin Amin: Mencintai Ilmu, Dicintai Dunia

Salah satu kalimat paling kuat dari pidato Hoerudin Amin adalah:

“Kalau kita mencintai ilmu, dunia mencintai kita.”

Dalam satu kalimat itu, Hoerudin menggambarkan hukum tak tertulis dalam sejarah peradaban manusia. Bahwa siapa pun yang menjadikan ilmu sebagai jalan hidup, akan menjadi magnet kebaikan dunia. Tidak sedikit tokoh besar Islam yang menjadi bukti. Ia mencontohkan Al-Hallaj, tokoh tasawuf dengan pemikiran wahdatul wujud, yang meski kontroversial tetap dibaca, diteliti, dan dijadikan referensi hingga hari ini.

Nama-nama seperti Ibnu Sina, Al-Ghazali, Ibn Rusyd, Syaik Siti Jenar hingga Rumi, adalah bukti bahwa cinta kepada ilmu menjadikan hidup mereka abadi dalam lembar-lembar sejarah.

Semakin Mengabdi, Semakin Mulia

Hoerudin kemudian mengajak peserta untuk menimbang ulang makna hidup. Ia berkata:

Semakin besar pengabdian hidup, semakin tinggi kemuliaan hidup.”

Pengabdian bukan hanya soal kerja sosial atau pengajaran. Ia adalah orientasi hidup yang menempatkan manfaat bagi sesama sebagai prioritas utama. Mahasiswa, sebagai bagian dari kaum terdidik, harus bertanya pada dirinya sendiri:

Berapa banyak kebaikan yang telah aku persembahkan untuk publik? Sejauh apa aku berkorban untuk orang lain?”

Kaum terdidik, kata Hoerudin, adalah kaum yang tercerahkan. Dan pencerahan itu hanya mungkin jika seseorang terus belajar, belajar, dan belajar, pungkasnya.

Motivasi Hoerudin Amin: Pikiran Menciptakan Masa Depan

Pidato itu diakhiri dengan optimisme yang tegas:

Apapun yang ia jalani, itu yang dia persepsikan. Maka jangan berhenti berpikir baik, berpikir besar, berpikir maju.”

Hoerudin Amin yang juga ketua Alumni IAI PERSIS Bandung ini menegaskan bahwa perubahan bukan dimulai dari anggaran besar atau fasilitas mewah. Ia bermula dari pikiran yang besar. Mahasiswa IAI PERSIS harus berani memimpikan kampus ini menjadi besar. Dan satu-satunya cara mewujudkan itu adalah dengan terus berpikir, terus bergerak, dan terus mencintai ilmu.

Epilog: Kampus sebagai Rumah Peradaban

Pidato ini adalah pengingat, bahwa kampus bukan hanya ruang akademik. Ia adalah rumah peradaban. Di sanalah pemikiran ditumbuhkan, pengorbanan dilatih, dan semangat hidup dijaga. Dalam dunia yang sering terjerembab pada pragmatisme dan kecepatan, pesan Khoerudin Amin menjadi mercusuar:

Jangan kejar sukses cepat. Kejarlah makna hidup lewat ilmu dan pengabdian. Maka dunia akan datang mencintaimu.

Mari menyalakan api peradaban dari meja belajar, dari buku yang kita baca, dari ide yang kita bangun.

Sebab, bangsa besar dimulai dari mahasiswa yang berpikir besar.

Wallahu ‘alam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *