Orang yang Tidak Membaca, Tak Punya Masa Depan

Orang yang Tidak Membaca
Gambar Ilustrasi (Pinterest)

Oleh Hendi Rustandi*

Membaca adalah pintu pengetahuan, dan pengetahuan adalah modal utama untuk menata masa depan. Tanpa membaca, seseorang hanya berjalan dalam kegelapan, tidak memiliki arah yang jelas.

Paulo Freire, tokoh pendidikan asal Brasil, menegaskan bahwa membaca bukan sekadar mengenal huruf, melainkan memahami dunia. Dengan membaca, manusia mampu menafsirkan realitas dan merumuskan jalan hidup yang lebih baik.

Membaca dalam Perspektif Teori Human Capital

Teori Human Capital yang dikembangkan oleh Theodore W. Schultz (1961) menyebutkan bahwa pengetahuan adalah bentuk investasi manusia. Semakin tinggi kapasitas pengetahuan seseorang, semakin besar peluangnya untuk memiliki masa depan yang cerah.

Membaca adalah cara paling efektif untuk menambah modal tersebut. Tanpa membaca, seseorang miskin wawasan, lemah dalam daya saing, dan rapuh menghadapi perubahan.

Baca Juga:  Pendidikan, Dakwah, dan Keberlanjutan

Membaca sebagai Fondasi Peradaban Islam

Islam sejak awal menempatkan membaca sebagai fondasi peradaban. Wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah perintah membaca:

“Iqra’ bismi rabbika alladzi khalaq” (QS. Al-‘Alaq: 1).

Perintah ini bukan hanya ajakan teknis, tetapi simbolis: membaca adalah jalan untuk mengenal Allah, memahami kehidupan, dan membangun masyarakat.

Pandangan Ulama tentang Ilmu dan Membaca

Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menegaskan bahwa ilmu adalah cahaya, dan cahaya itu tidak mungkin didapat tanpa proses membaca dan belajar.

Sejarah juga membuktikan, umat Islam mencapai puncak kejayaan ketika tradisi membaca dan menulis berkembang pesat. Perpustakaan Baitul Hikmah di Baghdad pada abad ke-9 menjadi pusat ilmu dunia, tempat para ulama, ilmuwan, dan cendekiawan menerjemahkan, menulis, serta membaca ribuan karya.

Sebaliknya, kemunduran umat Islam ditandai dengan merosotnya budaya membaca dan hilangnya gairah ilmiah.

Masyarakat Tanpa Budaya Membaca

Masyarakat yang lemah dalam membaca akan mudah diperdaya oleh kabar bohong, terjebak propaganda, dan sulit mengambil keputusan bijak.

Daniel J. Boorstin pernah mengatakan bahwa peradaban dibangun di atas halaman-halaman buku.

Dalam konteks Islam, Al-Qur’an mengingatkan:

“Apakah sama orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?” (QS. Az-Zumar: 9).

Jawabannya jelas: orang yang berilmu—dan ilmu itu lahir dari membaca—memiliki kedudukan yang lebih tinggi.

Baca Juga:  Jalan Sunyi yang Menguatkan

Membaca sebagai Jalan Menuju Masa Depan

Membaca bukan sekadar hobi atau aktivitas akademik, melainkan kebutuhan mendasar. Membaca memperkaya pikiran, menumbuhkan daya kritis, dan memperluas wawasan.

Orang yang tidak membaca memang tetap hidup, tetapi tanpa visi yang kuat. Sementara mereka yang rajin membaca akan mampu menapaki masa depan dengan penuh keyakinan.

Masa depan hanya dimiliki oleh mereka yang bersedia membuka buku dan membuka pikiran. Sebab, membaca bukan hanya menambah pengetahuan, tetapi juga menguatkan iman, memperdalam hikmah, dan membekali manusia untuk hidup bermakna.

*Penulis: Dosen dan Mahasiswa Doktoral

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *